KATA PENGANTAR
KETUA YAYASAN KARYA SOSIAL PANCUR KASIH
Pendidikan sejati seperti digariskan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara adalah proses yang mengarahkan manusia untuk mencintai kehidupan dan semua makhluk dengan pengetahuan yang dimilikinya demi keberlanjutan manusia dan semua makhluk. sayangnya, dunia pendidikan kita tak jarang “ditunggangi” kepentingan tertentu sehingga menimbulkan persoalan yang menghilangkan nilai-nilai yang menghormati jati diri manusia seutuhnya. Tak heran seringkali muncul sikap dan tindakan kekerasan (fisik maupun non-fisik) di dunia pendidikan kita.
Sejak 1981nsampai pada hari jadinya yang ke-38 tahun (tepat pada tanggal 24 April 2019), Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih (YKSPK), dengan segala daya daan tantangan berusaha mengembangkan “Pendidikan yang Membebaskan” –frase kunci pendekatan dialogis dalam proses belajar mengajar, dan penggembangan kreatifitas dan potensi diri sebagaai guru maupun siswa, termasuk dalam bidang literasi. Melalui buku bunga rampai berisi 99 artikel ini, para penulis mengaktualisasikan potensi diri dan tanggungjawab profesinya sebagai guru.
Buku”Guru sebagai Jalan Kehormatan: Bunga Rampai Artikel Guru SMP dan SMA Santo Fransiskus Asisi, Pontianak” berisi ide-ide kritis dan persuasif, secara keseluruhan mencerminkan ide-ide dasar dari tujuh nilai-nilai inti Pancur Kasih: 1) Kemanusiaan–menjunjung tinggi kemulian martabat manusia dengan menghargai setiap insan baik dalam komunitas sendiri maupun pihak-pihak terkait; 2) Kebersamaan–mengedepankan semangat persaudaraan saling mendukung, melengkapi, menguatkan dan melibatkan pelbagai pihak dalam mewujudkan insan-insan yang berkarakter mandiri, disiplin dan bertanggungjawab; 3) Kesetian–senantiasa konsisten dalam mempraktikan nilai-nilai Pancur Kasih dalam spiritualitas Santo Fansiskus Asisi, menghargai sejarah perjuangan dan misi awal gerakan; 4) Kebijaksanaan–senantiasa mengedepankan sikap bijak dalam mengambil keputusan, memperlakukan setiap individu dengan adil sesuai kompetensi dan keunikan yang mereka miliki; 5) Kedaulatan–senantiasa menghargai dan bangga akan pengalaman subyektif Pancur Kasih serta memiliki otonomi dalam menentukan muatan lokal khas ke-Asisian dan berbagai kegiatan pengembangan diri bagi peserta didiknya; 6) Kelestarian–senantiasa mencintai dan memelihara kebersihan lingkungan untuk mewujudkan sekolah hijau yang asri dan menyenangkan melalui Gerakan Asisi Bersih yang melibatkan seluruh anggota komunitasnya; dan 7) Kearifan lokal–senantiasa menghargai keragaman budaya dan melakukan pengutan identitas diri (budaya) melalui pendidikan multikultur dan pelibatan komunitasnya dalam berbagai kegiatan revitalisasi budaya.
Pelajar, mereka yang ingin menjadi guru, penggiat pendidikan, dan pengambil kebijakan pendidikan, bacalah buku ini. Pasti bisa menginspirasikan.
Pontianak, Maret 2019
Ketua Pangurus
YAYASAN KARYA SOSIAL PANCUR KASIH
ANSILLA TWISEDA MECER
LAUNCHING BUKU MEMAKNAI 40 TAHUN YAYASAN PANCUR KASIH
Menyambut 40 tahun Yayasan Pancur Kasih pada 24 April 2021, aktivis membuat sebuah buku dengan judul “MENDIDIK ITU MEMBERDAYAKAN”. Buku ini berisi tulisan para aktivis baik yang senior maupun aktivis menengah. Aktivis yang berjumlah kurang lebih 11 orang (3 penulis perempuan dan 8 penulis laki-laki) yang menuliskan tentang pemahaman dan pengalamannya dalam memaknai karya karya yang telah dilakukan bersama dengan perjalanannya bergabung dalam lembaga ini. Sebagaimana ditegaskan oleh Ansilla Twiseda Mecer sebagai Ketua Yayasan yang mendorong untuk diterbitkannya buku ini “Mendidik itu memberdayakan. Mengapa? Sebab mendidik itu adalah sebuah proses yang bertujuan memuliakan harkat dan martabat manusia seutuhnya sebagaimana ia diciptakan secara sempurna oleh Sang Pencipta. Proses mendidik tersebut dilakukan secara konsisten dan sepenuhnya oleh YKSPK sebagai lembaga anggota dari Konsorsium Gerakan Pemberdayaan Pasih – GPPK, hingga 40 tahun kiprahnya sekarang”.
Buku ini sendiri dibagi menjadi 3 bagian yang dilengkapi dengan Prolog dan Epilog. Bagian 1: Menentukan Jalan (berbicara tentang pengalaman para penulis dalam mengimplementasikan konsep Pendekatan yang Membebaskan dalam pengajaran di sekolah Asisi; Bagian 2: Mengelola Kehidupan Berkelanjutan (berbicara tentang pengalaman lembaga dalam melakukan pemberdayaan yang berkelanjutan bagi masyarakat adat dan kader muda Kalimantan; Bagian 3: Melawan Hegemoni (berbicara tentang pengalaman lembaga dalam melakukan advokasi bagi perempuan adat di Kalimantan Barat). Prolog : Menjadi Cerdas dan Bermartabat Berkesinambungan. Epilog : Menelusuri Jejak YKSPK.
Hal ini juga mendapat dukungan penuh dari Pastor Gabriel Marcel, S. Fil. Ag. Lig. Theo., OFM Cap sebagaimana yang dicetuskan “Buku ini berisi refleksi kritis para penulis yang mumpuni di bidangnya atas apa yang telah dilakukan oleh YKSPK selama 40 tahun ini – Menentukan Jalan, Mengelola Kehidupan Berkelanjutan dan Melawan Hegemoni, melukiskan hal itu. Sungguh mencerminkan “pergerakan” yang menorehkan catatan sejarah tak terlupakan sehingga patut diacungi jempol dan bisa dijadikan “role model” dan “inspirasi” bagi siapapun yang ingin berbuat demi membebaskan masyarakat dari ketertinggalannya”.
Buku 40 Tahun ini dipublikasikan pada saat puncak perayaan ultah YKSPK ke 40 di Rumah Retret Santo Yohanes Paulus II, Anjungan, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak pada saat acara Pekan Pancur Kasih ke- 3 yang dirayakan oleh Konsorsium Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih (GPPK) bersama perwakilan aktivis seluruh lembaga yang berada dalam naungannya.