Merawat Air Mengelola Kehidupan

Merawat Air Mengelola Kehidupan

(oleh : antimus lihan)

Air penting bagi kehidupan semua makhluk di bumi ini. Manfaatnya menjangkau ke setiap makhluk hidup dan lingkungan di sekitar. Dalam kehidupan sehari hari, air digunakan sebagai air minum, memasak makanan dan kebutuhan MCK. Untuk masyarakat banyak, air digunakan sebagai sumber penghasil listrik dan pengairan ladang pertanian.

ungai, danau, daerah perbukitan atau air hujan. Ketersediaan air pada sumber-sumber tersebut sangat tergantung dengan kondisi alam dan lingkungan sekitar. Jika alam berdinamika, bergejolak dan lingkungan sekitar rusak, maka akan mempengaruhi kondisi air. Sumber air bisa menjadi kotor, tercemar hingga mengalami penurunan volume. Agar air tetap baik untuk dimanfaatkan, maka tanggungjawab kita selaku pengguna air adalah dengan terus-menerus menjaga dan memelihara lingkungan di mana sumber air tersebut berada.

Untuk memanfaatkan sumber air yang ada di sekitar pemukiman masyarakat, utamanya untuk air minum, memasak makanan, MCK dan pertanian biasa dilakukan dengan cara sederhana saja. Untuk air minum, memasak makanan misalnya, kita bisa langsung pergi ke sungai  atau danau mengambil air menggunakan ember, buluh bambu dan wadah lainnya untuk tempat menyimpan air. Bisa juga memanfaatkan air hujan dengan menyediakan wadah penampungnya berupa tempayan, baskom, drum/tong air, ember dan alat penampung air lainnya.

Jika hendak mengakses air yang berada di dalam tanah, maka cara yang biasa dilakukan adalah dengan menggali tanah menggunakan cangkul, penggali besi atau penggali berbahan kayu untuk dijadikan sumur. Jika sumber air sangat jauh dari permukaan tanah, maka digunakan alat yang bernama bor. Berapa dalam proses pengeboran sangat tergantung jarak sumber air di dalam tanah tersebut. Bisa belasan meter bahkan hingga kedalaman puluhan meter baru sampai ke sumber air di dalam tanah tersebut. Sumur yang digali dengan menggunakan bor ini dinamai atau dikenal dengan istilah sumur bor.

Sedangkan untuk mengakses air sungai yang jauh dari perkampungan dimana sungai tersebut berada di daerah perbukitan, maka cara yang biasa dilakukan masyarakat adalah dengan mengalirkan air tersebut ke pemukiman di kampung menggunakan buluh-buluh bambu atau pipa-pipa paralon. Melalui cara ini maka air menjadi semakin dekat dengan penduduk. Masyarakat bisa langsung mengalirkan air menggunakan pipa-pipa tersebut ke rumah-rumah di kamung penduduk atau ditampung terlebih dahulu dalam sebuah wadah penampungan air. Dari wadah penampungan tersebut masyarakat bisa mengambilnya menggunakan ember atau dialirkan menggunakan pipa-pipa peralon ke dalam rumah masing-masing warga kampung.

Namun dari kondisi tersebut di atas, tidak semua daerah atau kampung memiliki sumber air bersih yang memadai dan mudah diakses. Ada daerah-daerah yang sumber airnya tercemar oleh limbah pabrik, pertanian dan perkebunan. Bahkan akhir-akhir ini pencemaran air oleh perusahaan perkebunan dan pertambangan semakin memprihatinkan. Sungai-sungai semakin kotor akibat lumpur limbah tambang yang pengerjaannya dilakukan tanpa mengikuti prosedur dan standard pertambangan yang benar. Sungai-sungai semakin dangkal dan bahkan hilang sama sekali akibat digusur perusahaan perkebunan utamanya perkebunan sawit dan pertambangan. Akibatnya masyarakat sangat kesulitan memperoleh air bersih.

Kesulitan air bersih terutama sangat dirasakan langsung oleh kaum perempuan utamanya ibu-ibu rumah tangga. Mereka hari-harinya hampir tak pernah luput dari persoalan air. Mulai dari penyediaan air minum keluarga, memasak, mencuci pakaian, MCK, membersihkan rumah hingga keperluan untuk menyiram tanaman pertanian dan bunga-bunga tanaman hias.

YKSPK bantu masyarakat mengakses air bersih

Dalam rangka mempermudah masyarakat terutama kaum perempuan dan kelompok rentan dalam mengakses air bersih, Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih (YKSPK) melalui divisi Pendidikan Kritis (PENTIS) pada tahun 2006-2013 telah membantu masyarakat beberapa kampung di Kalimantan Barat untuk mengakses air bersih. Adapun ampung-kampung di Kalimantan Barat yang difasilitasi YKSPK untuk mendapatkan bantuan dan akses air bersih sejak tahun 2006 adalah : (1) Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya yakni kampung : Cang Kiri, Pancaroba Sunge, Sangkuk, Re’es, Lintang Batang, Teluk Lais, Banuah dan Kijang Berantai. (2). Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak yakni kampung : Kayu Tanam dan Pak Peleng. (3). Kecamatan Mempawah Hulu yakni Kampung : Doak, Bambuk, Soalam, Pakan dan Palanjo.

Di beberapa lokasi kampung yang didampingi tersebut memiliki beragam kesulitan dalam mengakses air bersih. Ada lokasi-lokasi kampung seperti di daerah Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya yang tidak bisa mengakses sumber air dari dalam tanah dan sungai, mereka hanya bisa memanfaatkan air hujan. Untuk kondisi ini, YKSPK membantu penyediaan sarana air bersih bagi masyarakat berupa pemberian tong-tong air yang terbuat dari fiber dan pembuatan bak-bak besar penampung air yang menggunakan bahan dari campuran semen, pasir dan batu.

Untuk lokasi-lokasi yang memiliki sumber air dalam tanah, maka YKSPK membantu masyarakat dengan cara membuatkan sumur-sumur bor. Lokasi yang berkarakteristik seperti ini terdapat di daerah Kayu Tanam, Pak Peleng Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. YKSPK selain membantu masyarakat mengebor tanah untuk sumur, juga memberikan bantuan peralatan berupa mesin pompa air listrik dan tong-tong penampung air yang berbahan fiber. Mesin pompa listrik merupakan paket bantuan pembuatan sumur bor yang diberikan kepada masyarakat di Kayu Tanam dan Pak Peleng.                           

Kampung Palanjo mengakses air bersih                                                                                                

Kampung Palanjo, Desa Caong berada di Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak. Di kampung ini terdapat 70 kepala keluarga dengan jumlah penduduk lebih kurang 400 jiwa. Sebelum membantu masyarakat di Kampung Pelanjo, YKSPK  juga sudah memfasilitasi pengadaan sarana air bersih untuk beberapa kampung lainnya di wilayah Kabupaten Landak, yakni di Kampung Doak, Bambuk, Soalam, Pakan dan Kayu Tanam.

Di Kampung Palanjo, sumber air bersih adalah sungai yang bagian hulunya berada di kawasan bukit Pak Epak. Jarak bukit Pak Epak dari kampung kira-kira 2 kilometer. Berikut adalah proses pengerjaan awal pembangunan sarana pipanisasi air bersih di Kampung Palanjo

Hari itu Jumat, 10 Mei 2013 kira-kira jam 2 siang (14.00), puluhan orang bapak-bapak dan ibu dari Kampung Palanjo bersiap-siap menuju salah satu bukit di ujung kampung yakni Bukit Pa’Epak. Bukit yang dituju jauhnya kira-kira 2.000 meter dari kampong, masih hutan belantara. Masyarakat sengaja membiarkan pepohonan dan berbagai jenis tanam tumbuh yang terdapat di dalamnya tetap utuh dan tumbuh subur. Mereka tetap merawatnya dan menolak segala bentuk perusahaan yang mau masuk, merusak dan menguasai sumber daya alamnya.

Di kaki bukit itu terdapat sebuah sungai dengan air yang jernih. Di bagian dasar sungai terdapat bebatuan dan pasir yang memungkinkan air tetap bersih alami. Rencananya, masyarakat akan membuat bendungan dan memanfaatkan air sungai tersebut untuk dialirkan ke Kampung Palanjo guna memenuhi keperluan air bersih warga kampong yang berjumlah 400-an jiwa. Sudah disepakati bersama masyarakat bahwa YKSPK bertanggungjawab untuk pengadaan material sarana air bersih (SAB) berupa paralon, semen, besi, dll. Sedangkan masyarakat akan menyediakan pasir, batu dan tenaga untuk bekerja secara gotong-royong membangun SAB tersebut

Memulai  Pembangunan SAB Palanjo 

Pada siang itu tibalah saatnya warga Kampung Pelanjo baik laki-laki maupun  perempuan dan Tim dari YKPSK yakni Adrio (teknisi), Wina dan Antimus bersama-sama berangkat menuju lokasi sumber air bersih. Perjalanan memakan waktu kira-kira 45 menit jalan kaki. Kami berjalan menyusuri jalan setapak, cukup licin karena sebelumnya ada hujan. Kelompok bapak-bapak ada yang memikul semen, paralon, menyeret besi cor, membawa peralatan kerja tukang serta mengambil pasair dan batu yang ada di sungai tersebut untuk bahan campuran semen. Sedangkan kaum ibu, ada yang membawa ember untuk tempat membawa pasir serta peralatan minum kopi dan teh.

Setibanya di lokasi, masyarakat mulai melaksanakan tugasnya masing-masing. Semua orang bekerja tanpa paksaan. Ada yang membersihkan lingkungan sekitar lokasi bendungan, ada yang mengambil batu dan pasir yang ada di sungai, ada yang membendung air menggunakan terpal. Intinya semua orang terlibat bekerja. Atas saran teknis oleh Adrio, staf Pentis Pancur Kasih, pengerjaan bendungan pun dilaksanakan. Bapak-bapak ada yang mengerjakan papan mal, ada yang memotong-motong besi cor dan yang lainnya mengaduk semen. Bagian mencari batu dan pasir dilakukan oleh ibu-ibu.

Pekerjaan membuat bendungan berakhir hingga jam 17.00 (jam 5 sore). Kami kemudian pulang ke kampung, berjalan kaki seperti semula dengan perasaan lega. Penyelesaian bendungan akan dilakukan hari Selasa depan. Karena sesuai kesepakatan bahwa waktu pelaksanaan kerja gotong-royong membangun SAB adalah setiap hari Selasa dan Jum’at. Direncanakan Juni 2013, pembangunan fasilitas air bersih sudah selesai dikerjakan.

Selama ini masyarakat Pelanjo menggunakan air sungai dekat kampong untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-harinya. Air dari sungai tersebut mereka alirkan ke rumah masing-masing menggunakan batang bambu. Kebutuhan keluarga akan air tercukupi, namun sayangnya daya tahan bambu sangat terbatas, 3-4 bulan kemudian bambu-bambu tersebut harus diganti, sangat merepotkan. Belum lagi airnya yang mudah tercemar akibat hewan ternak yang masih berkeliaran, limbah rumah tangga dan pencemaran oleh aktivitas pertanian, terutama pertanian yang menggunakan bahan-bahan kimia.

Guna mengatasi persoalan air bersih tersebut, masyarakat Pelanjo bersepakat membangun sarana air bersih di kampungnya. Mereka mau kerja bakti, menyiapkan material sarana air bersih (SAB) seperti batu dan pasir. Pengerjaan bangunan bendungan, penggalian saluran pipa dan pemasangan pipa serta pengerjaan bak pembagi dilakukan secara bergotong-royong atau secara berkelompok dengan jam kerja menyesuaikan aktivitas keseharian warga masyarakat.

Pengerjaan sarana air bersih secara bergotong-royong ini juga dimaksudkan agar masyarakat tidak menganggap kegiatan ini sebagai pekerjaan proyek semata. Tetapi dengan berpartisipasi baik dalam hal kerja maupun konstribusi dalam penyediaan bahan-bahan material, masyarakat diharapkan semakin bertanggungjawab atas bangunan yang mereka buat sendiri.

Untuk memastikan kerja gotong-royong pembangunan Sarana Air Bersih berjalan sesuai rencana, maka warga masyarakat Kampung Pelanjo sepekat membentuk kepanitiaan. Struktur kepanitiaan dan nama-nama warga yang masuk di dalam Panitia Pembangunan Sara Air Bersih tersebut adalah : Ketua: Pincus; Sekretaris: Sumiati; Bendahara: Elisabeth; Pengerah Massa: Joni dengan anggota-anggota: Lipsin (Pulai Patah); Filipus (Rangkong) dan Anus (Ne’ Mago).

Masyarakat juga bersepakat akan menjaga kelestarian sumber air bersih dengan tidak menebang pohon-pohon atau tanam tumbuh dan tidak membuat ladang di daerah sekitarnya. Sementara untuk teknis pengerjaan bendungan, pemasangan pipi-pipa paralon dalam tanah, pembangunan bak pembagi dan pendistribusiannya ke rumah-rumah penduduk akan diawasi secara langsung oleh tim PENTIS – Yayasan Karya Sosial Pancur Kasih.

Lokasi sumber air bersih Kampung Pelanjo yang mau dibangun sarana air bersih ini berada di sekitar Bukit Pak Epak, Padarang dan Pajamuran. Bukit-bukit tersebut merupakan kawasan Hutan Lindung Masyarakat Adat yang senantiasa mereka jaga dan lestrikan. Jaraknya dari kampung lebih kurang 2.000 meter. Atas permintaan dan inisiatif warga masyarakat, YKSPK memberikan bantuan  material berupa semen, paralon, besi-besi cor dan bahan lain yang tidak tersedia di kampong, serta pendampingan teknis pengerjaan pipanisasi.

Akses Air Bersih dengan Sistem Bak Pembagi

Untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat dan keberlanjutan pemakaian sarana air bersih, maka pembagian air ke rumah-rumah warga menggunakan Sistem Bak Pembagi. Sistem ini didapat dari hasil studi banding Antimus dan Adrio di daerah Pandeglang, BantenKemudian oleh Adrio, tenaga teknis dari program pembuatan sarana air bersih DIVISI PENTIS-YKSPK, sistem bak pembagi ini dipraktekkan di kampung-kampung dampingan dalam rangka mempermudah masyarakat mengakses air bersih secara adil dan berkelanjutan.

Melalui sistem ini (bak pembagi), sumber air sungai yang bagian hulunya terletak di daerah perbukitan terlebih dahulu dibendung. Proses pembangunan bendungan dikerjakan oleh masyarakat secara bergotong-royong dengan pendampingan teknis oleh tim YKSPK. Pengerjaan bendungan memerlukan waktu 3-4 hari agar adonan semen bercampur pasir dan batu benar-benar kering. Setelah dipastikan konstruksi bendungan benar-benar kering dan kuat serta dinding-dinding bendungan yang terbuat dari adonan semen tersebut sudah mengering, maka air sungai boleh dialirkan ke dalam bendungan tersebut.

Setelah bendungan terisi penuh air dan dipastikan tidak ada lagi rembesan air di dasar dan bagian tepi bendungan, barulah kemudian airnya dialirkan melalui pipa/paralon yang sudah ditanam didalam tanah ke bak-bak pembagi yang sudah dibangun oleh masyarakat secara bergotong-royong. Setelah sampai di bak pembagi barulah air dialirkan ke rumah-rumah warga menggunakan paralon ukuran tertentu dengan volume air yang sama untuk setiap rumah.

Jumlah paralon yang dipasang pada tiap-tiap bak pembagi sangat tergantung dengan jumlah rumah warga yang akan dialiri air. Di Kampung Palanjo ada ada empat bak pembagi yang dibangun sesuai dengan pembagian kelompok rumah waraga. Masing2 bak pembagi dipasang titik-titik paralon antara 10-20 buah sesuai dengan jumlah rumah warga pada titik bak pembagi yang disepakati. Dari titik-titik paralon yang disediakan tersebut, masing-masing rumah mempersiapkan paralon dan menyambungkannya pada titik yang sudah disediakan itu. Air yang dialirkan ke tiap-tiap rumah penduduk diatur sedemikian rupa agar agar volume air bersih yang diterima sama untuk setiap rumah. Hal ini untuk menjaga keadilan dan keberlanjutan dalam pemanfaatan air bersih.

Ada beberapa buah bak pembagi yang dibangun. Bak-bak tersebut diletakkan di beberapa titik terdekat dengan kelompok rumah-rumah warga. Jumlah bak pembagi juga sangat tergantung dengan jumlah rumah penduduk pada sebuah kampung.

Memanen buah kerjasama (14 Agustus 2013)

Setelah kurang lebih tiga bulan (Mei-Agustus 2013) masyarakat Kampung Palanjo bergotong-royong, bekerja membangun sarana air bersih, akhirnya proses pembangunan itu dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tepat pada tanggal 14 Agustus 2013, Sarana Air Bersih Kampung Palanjo dinyatakan telah selesai pengerjaannya dan air bersih sudah dapat dinikmati masyarakat. Ada sekitar 400 jiwa dari 70 kepala keluarga di Kampung Palanjo pada hari itu sudah dapat mengakses dan menikmati air bersih yang berasal dari daerah perbukitan Pak Efak.

Secara resmi penyerahan sarana air bersih dan penggunaanya dilakukan langsung oleh Ketua Yasayan Karya Sosial Pancur Kasih, Ansilla Twiseda Mecer. Pada saat penyerahan dan peresmian sarana air bersih tersebut selain dihadiri oleh warga masyarakat Kampung Palanjo, Kampung Pakan dan amasyarakat sekitarnya juga turut dihadir Ketua DPRD Kabupaten Landak, Camat Kecamatan Mempawah Hulu, Kepala Desa Caong beserta para pejabat dari kecamatan dan perangkat Desa.

Di hadapan masyarakat Kampung Palanjo, para undangan berseta rombongan yang hadir, Ketua YKSPK berpesan kepada masyarakat agar senantiasa warga masyarakat selalu menjaga, merawat sarana air bersih yang sudah dibangun dengan kerjasama, gotong-royong dan penuh kekompakan itu. Dan hendaknya air bersih yang sudah bisa dialirkan langsung ke rumah-rumah warga itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan seadil adilnya untuk kehidupan dan keselamatan.

(Antimus Lihan 2021)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *