Pertemuan Perempuan Adat Kalimantan

 

PERTEMUAN PEREMPUAN ADAT KALIMANTAN

Tanpa terasa, pendampingan dan advokasi untuk isu perempuan adat yang telah dilakukan secara fokus dan intensif, melalui Divisi Pemberdayaan Perempuan dan Anak sejak 2013 mulai menampakkan hasil. Walaupun kegiatan pendampingan terhadap perempuan adat sendiri sudah ada sejak 2010 di Kabupaten Landak. Setelah 10 tahun berlalu, dan divisi ini juga telah bertransformasi menjadi salah satu unit pengembangan yaitu Pusat Pendidikan, Penelitian dan Advokasi Perempuan Adat Kalimantan atau Kalimantan Indigenous Women of Education, Research and Advocacy (KIWERA).

Berbagai program telah dilakukan oleh unit ini, antara lain peningkatan kapasitas perempuan, pendampingan dan advokasi untuk isu perempuan adat, penelitian perempuan adat, dan satu program yang dikenal dan intensif dilakukan adalah Sekolah Perempuan Adat (SPA). Program SPA ini sendiri masih berlangsung sampai dengan saat ini, dengan melibatkan kurang lebih 500 perempuan penerima manfaat langsung, tersebar di 12 komunitas adat dari 6 kabupaten meliputi Kabupaten Sanggau, Landak, Ketapang, Melawi, Bengkayang dan Sintang. Program SPA ini sendiri dilakukan sebagai bentuk atas refleksi panjang perjalanan pendampingan CSO di komunitas adat khususnya dalam lingkup Gerakan Pemberdayaan Pancur Kasih. Lembaga yang melakukan kolaborasi bersama YKSPK dalam pendampingan terhadap perempuan adat antara lain Institut Dayakologi (Sanggau dan Ketapang), Perkumpulan Pengelolaan Sumber Daya Alam – PPSDAK (Ketapang), Lembaga Bela Banua Talino (Melawi), CU Filosofi Petani Pancur Kasih (Sanggau, Bengkayang, Melawi, Landak), CU Canaga Antutn (Ketapang), Gerakan Aliansi Masyarakat Adat Laman – Canaga Antutn (Ketapang), dan Walhi Kalimantan Barat (Sintang dan Bengkayang).

Perempuan adat mesti menjadi aktor utama dan tidak lagi hanya menjadi penonton. Perempuan mesti dilibatkan penuh dalam proses pengambilan keputusan terhadap pengelolaan hutan dan lahan, dimana justru perempuan lah yang paling banyak terlibat. SPA ini menjadi tempat belajar non formal bagi  perempuan di komunitas adat sebagai pemenuhan hak perempuan atas pendidikan yang layak. Tujuan SPA sebagai wadah edukasi  di tingkat akar rumput  untuk meningkatkan  kualitas hidup perempuan adat. Melalui SPA ini, perempuan meningkat rasa percaya dirinya  bahwa mereka sebenarnya  memiliki pengetahuan  lokal yang terbukti secara turun temurun dalam mengelola hutan dan lahan secara adil dan berkelanjutan. Pengetahuan  yang perempuan miliki ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi  ekonomi alternatif  melalui berbagai produk  pertanian,  peternakan, perkebunan, maupun hasil hutan  non kayu yang berkelanjutan bagi komunitasnya. Dan yang paling penting  adalah melalui  SPA dan berbagai aktivitasnya menjadi  sarana pembelajaran dan  bentuk praktek perempuan adat sebagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan bersama kelompok perempuan dan masyarakat di wilayah dampingan pada akhir program, ternyata SPA ini memberikan manfaat yang luar biasa dalam mendorong partisipasi aktif perempuan adat terlibat di ruang publik, serta mampu membawa suara suara perempuan yang dulu tak terdengar khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Dari hasil kegiatan pemberdayaan perempuan adat yang diisiasi oleh YKSPK melalui berbagai program nya telah melahirkan  13 organisasi lokal perempuan adat yang terdiri atas :

    1. Organisasi lokal perempuan adat “Pitn Tae Kanak”, berpusat di Kampung Tae, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    2. Organisasi lokal perempuan adat “Pitn Tumpai”, berpusat di Kampung Bangkan, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    3. Organisasi lokal perempuan adat “Nyai Pet Sese”, berpusat di Kampung Mak Ijing, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    4. Organisasi lokal perempuan adat “Muan Kalos”, berpusat di Kampung Teradak, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    5. Organisasi lokal perempuan adat “Mawang Muan Pan’n”, berpusat di Kampung Semangkar, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    6. Organisasi lokal perempuan adat “Pitn Muan Kayuh”, berpusat di Kampung Padang, Desa Tae (Komunitas Adat Tae).
    7. Organisasi lokal perempuan adat “Dayang Bidayuh Mengkat Bauh”, berpusat di Kampung Segumon, Desa Lubuk Sabuk (Komunitas Adat Sisang dan Bi Somu).
    8. Organisasi lokal perempuan adat “Kumang Seranta”, berpusat di Kampung Guna Baner, Desa Sungai Tekam (Komunitas Adat Iban Sebaruk).
    9. Organisasi lokal perempuan adat “Dayakng Senta”, berpusat di Desa Menyumbung, Kecamatan Hulu Sungai, Ketapang (Komunitas Adat Krio)
    10. Organisasi lokal perempuan adat “Sungai Mehola Bangis.”, berpusat di Kampung Mehola Bangis, Kabupaten Melawi (Komunitas Ransa)
    11. Organisasi lokal perempuan adat “Rimok Laman Angus”, berpusat di Kampung Pondok Bayan, Kabupaten Melawi (Komunitas Ransa)
    12. Organisasi lokal perempuan adat “Ne Angar”, berpusat di Kampung Pelanjau, Desa Caokng, Kecamatan Mempawah Hulu, Landak
    13. Koperasi Simpan Pinjam Perempuan “Babane”, berpusat di Kampung Doak, Desa Bilayuk, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten (Komunitas Adat Kanayatn).

Selain organisasi yang sudah terbentuk di atas ada juga organisasi atau kelompok yang dibentuk oleh lembaga mitra antara lain “Inuk Inuk Beteras” (Walhi Kalbar) dan kelompok perempuan adat komunitas Kendawangan dan Jalai di Ketapang (Institut Dayakologi) yang bekerja sama dengan YKSPK dalam melakukan peningkatan kapasitasnya.

Dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas dan membangun gerakan yang lebih besar diantara kelompok perempuan adat yang tekah difasilitasi, maka YKSPK melaksanakan kegiatan Pertemuan Perempuan Adat Kalimantan pada tanggal 2 -3 Desember 2022 di Pontianak. Kegiatan ini menghadirkan 25 orang perempuan adat yang mewakili berbagai orgnaisasi lokal perempuan adat yang terbentuk dari 12 komunitas adat di enam kabupaten Kalimantan Barat.

Dalam kegiatan yang mempertemukan para kader pemimpin Perempuan Adat sebagai penerima manfaat langsung pendampingan yang dilakukan oleh YKSPK bersama mitra kolaborasinya ini, juga sebagai bentuk apreasiasi dan menemukan wadah untuk membangun gerakan Perempuan Adat Kalimantan. Kegiatan ini juga digunakan sebagai wadah dan ruang dialog bagi Perempuan Adat yang berasal dari enam kabupaten di Kalimantan Barat menemukan strategi bersama untuk memperkuat gerakan yang sedang dibangun saat ini. Selain itu forum ini juga untuk melihat bersama sejauh mana sebenarnya peluang dan kesempatan perempuan untuk terlibat lebih jauh dalam mengakses manfaat program Perhutanan Sosial di komunitas dampingan saat ini. *twiscer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *